PARIWARA

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

OK

Sabtu, Oktober 14, 2006

Tantangan Pengembangan Agribisnis di Indonesia

  1. Upaya rekonstruksi peran agribisnis secara utuh dan terintegrasi ke dalam pembangunan ekonomi makro secara nasional. Rekonstruksi agribisnis dapat diukur dengan seberapa besar tingkat diversifikasi usaha ke arah penerimaan ekonomis yang lebih baik (upward diversifikasi), yaitu pergeseran komoditas agribisnis dari bahan pangan berbasis padi ke komoditas non-padi seperti hortikultura, buah-buahan dan tanaman keras. Dalam hal ini petani memerlukan tambahan modal kerja dan investasi untuk adopsi teknologi baru, akses informasi, intensitas tenaga kerja proses produksi, manajemen pengolahan, pemasaran, dan pascapanen lain, baik secara individual maupun secara kelompok sebagaimana diisyaratkan dalam sistem agribisnis. Sedangkan dalam perspektif makro, negara (dan daerah) wajib untuk menyediakan atau memfasilitasi “lapangan” diversifikasi usaha tersebut dengan serangkaian kebijakan yang tepat sasaran.
  2. Keputusan Indonesia untuk meratifikasi dan mengikat diri dengan ketentuan dan skema perdagangan dunia (WTO) telah membawa konsekuensi tantangan persaingan dunia yang semakin keras. Penguatan basis depan (front-line) sistem agribisnis Indonesia perlu diterjemahkan dalam langkah-langkah pemihakan yang sungguh-sungguh terhadap dunia agribisnis, terutama bagi petani sebagai pelaku terpenting. Daya saing agribisnis Indonesia ditentukan oleh keseriusan seluruh pelaku ekonomi, akademisi, dan pemerintah dalam meningkatkan efisiensi, mutu produk dan intelijen pasar yang memang amat dibutuhkan di era keterbukaan.
  3. Dalam konteks semangat desentralisasi ekonomi dan otonomi daerah yang semakin menggebu, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah harus merangsang dunia usaha swasta untuk menggarap dan memanfaatkan inisiatif investasi baru di tingkat daerah untuk mengembangkan agribisnis dan basis sumber daya alam lain. Pemerintah pusat perlu memberikan insentif yang besar lagi untuk inisiatif investasi di tingkat daerah demi masa depan pengembangan agribisnis dan pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih cerah dan berkelanjutan.
  4. Kesempatan atau potensi untuk memperluas areal pertanian masih cukup besar khususnya di luar pulau Jawa dan Bali.
  5. Peningkatan produktivitas melalui penggunaan barang-barang modal dan sumber daya manusia yag terampil (capital-driven), dan dihela oleh inovasi teknologi yang masih sedikit kita manfaatkan.
  6. Adanya kesempatan untuk memperbesar nilai tambah (peningkatan pendapatan) dengan mengolah lebih banyak produksi pertanian menjadi produk olahan.
  7. Produk agribisnis yang kita ekspor selama ini masih tergolong kecil. Dari total produksi pertanian primer kita hanya sekitar 3 persen yang kita ekspor langsung. Demikian juga produk olahan, dari total produk agroindustri yang kita hasilkan baru sekitar 48 persen yang kita ekspor.

Sumber :

Bustanul Arifin, 2003. Tantangan Pengembangan Agribisnis Indonesia. Materi Kuliah Perdana Program Magister Agribisnis Universitas Padjadjaran, Bandung.